Minggu, 03 Juni 2012

SPK PH Terima Bibit Unggul Dari BSKP


Dari kejauhan mobil truk berlapis cat biru itu terlihat kusam, namun setelah mendekat memang terlihat truk bernomor polisi KH 8580 A sudah termakan zaman. Seorang Bapak paroh baya keluar dari ruang kemudi, dan memperkenalkan dirinya, “Nama saya Nardi, saya diminta Mas Pur untuk mengantar sampeyan mengambil bibit ke Kalsel,” katanya kepada penulis saat mendatanginya di kantor Lembaga Dayak Panarung (LDP) di Palangka Raya (28/3).

Sebelumnya sudah dua orang penggiat Serikat Petani Karet Penyang Hapakat (SPKPH) sudah menunggu di dalam kantor LDP. Ketua kelompok petani karet Petak Basiwoh, Kardinal dan anggota kelompok tani Harapan Sejahtera, Adiman Rantin. Memang, sudah direncanakan bahwa 28-30 Maret 2012 akan mengambil bantuan bibit karet unggul jenis PB260 di PT. Bridgestone Kalimantan Plantation (BSKP) Kalimantan Selatan.

Selanjutnya, penulis mengajak mas Nardi ke dalam kantor menemui Kardinal dan Adiman Rantin. Sembari menunggu dan bersiap-siap berangkat penulis menyempatkan diri menanyakan latar belakang pengambilan bibit kepada Kardinal. Pria berbadan atletis ini, menerangkan, rencana pengambilan bibit ini di latar belakangi belum adanya bibit yang baik dan dianggap lebih unggul. Setelah diadakan pelatihan pembibitan dan pemeliharaan kebun karet di wilayah Sepang dan sekitarnya yang difasilitasi oleh pihak Bridgestone pada bulan Mei 2011, di sepakati mengusulkan bibit ke pihak Bridgestone.

Kardinal melanjutkan, satu tahun setelah diadakan pelatihan pembibitan, komunikasi dengan pihak Bridgestone kembali di lakukan olehnya. Suryani dari Bridgestone menyampaikan bahwa usulan diterima dari 150 bibit menjadi 400 bibit. Terkait harga bibit Suryani menerangkan, bibit diberikan secara cuma-cuma, hanya ongkos angkut dari lokasi pembibitan hingga ke desa harus di tanggung oleh SPKPH.

“Saya bersama Adiman Rantin diutus untuk berangkat mengambil bibit pada rapat persiapan keberangkatan (16/3) di Sepang Kota, sedangkan biaya keberangkatan di tanggung secara gotong royong oleh SPKPH dan lembaga mitra,” ungkap Kardinal.

Lebih dalam Kardinal menerangkan, awalnya keberangkatan disepakati menggunakan pick up, namun ada informasi dari pihak Bridgestone bibit karet yang ada di polybag beratnya berkisar 5-7 kg, sedangkan kekuatan pick up hanya 1,5 ton jadi tidak mungkin mengangkut menggunakan pick up. “Jadi disepakati supaya di rubah menggunakan truk bak kayu dengan biaya antar jemput yang sudah disepakati yaitu 2,5 juta,” terangnya.

Di tempat yang sama Adiman menceritakan pengalamannya sepulangnya dari pengambilan bibit. Ia mengatakan ada 2 pembelajaran yang didapatkan pertama, belajar dari cara mereka (baca Bridgestone) melakukan keberhasilan pembibitan. “Sedangkan yang kedua, ada konsultasi dengan Bridgestone, supaya jangan hanya 1 kali saja kita studi banding ke sana, supaya kita berlanjut terus menambahkan pengalaman yang ada,” terang pria yang juga anggota CU. Sebagai informasi SPH PH pernah melakukan studi banding ke PT. BSKP pada bulan Nopember 2010 bersama LDP dan petani karet dari wilayah lain di Kalteng.

Adiman berharap, adanya bibit ini kita dapat merubah pola menanam karet yang ada selama ini dan meniru dari Bridgestone terutama dalam pembibitan. “Kalau dulu kita secara tradisional, Bridgestone lebih modern, kita dapat memberikan contoh dengan bibit yang ada sekarang,” katanya kepada KR.

Terkait teknis pembagian bibit, kepada Idal Diman sebagai ketua pengurus SPK PH menerangkan kepada penulis, bahwa masing-masing kelompok akan menerima sedikit 2-3 pohon per orang. “Dalam kelompok ada 15-20 orang kelompok jadi bibit ini dapat di distribusikan masing-masing kelompok, walaupun pengurus kelompok tani bisa dapat 4 batang per orang,” jelasnya kepada penulis  melalui sms.

Keputusan ini tidak di lakukan Idal sendiri, melainkan di sepakati dalam rapat pengurus dan anggota yang lain di sepang kota pada 31 Maret lalu. Idal akan memberikan informasi pembagian bibit ini melalui ketua kelompok yang ada dan menempelkan informasi di kantor CU Betang Asi TP Betang Sinta Sepang Kota.

Semoga dengan bibit unggul yang ada menjadi cikal bakal dari petani karet yang semakin berdaya menggunakan bibit unggul yang ada dan tentunya (tetap) menjaga kebun karet mereka dari investor yang ingin membeli aset mereka, semoga.
***

Sumber foto dan berita: Rokhmond Onasis
Keterangan foto:

1.       Kardinal (celana coklat) dan Adiman (celana hitam) memegang bibit unggul yang diberikan, membelakangi truk

Jumat, 01 Juni 2012

Persiapan SPKPH ke Bridgestone


Pada tanggal 16 Maret 2012 di lantai-2 kantor TP BS CU Besi Sepang Kota, dilaksanakan Rapat SPK yang diikuti perwakilan dari beberapa kelompok SPK. Dari Lembaga Dayak Panarung (LDP) diwakili oleh Rokhmond Onasis dan Sandy.

Rapat tersebut membahas pengambilan bibit karet dari PT. Bridgestone yang ada di Kalimantan Selatan. Diketahui 2-3 hari sebelum rapat tersebut Kardinal selaku anggota kelompok SPK Penyang Hapakat telah menghubungi PT. Bridgestone yang telah menyampaikan bahwa mereka menanggapi usulan SPK tentang bantuan bibit karet.

Rapat tersebut dibuka oleh ketua SPK-Penyang Hapakat, Idal Diman kemudian dilanjutkan oleh Rokhmond Onasis yang memandu jalannya rapat. Dalam pertemuan ini juga membicarakan beberapa hal terkait tentang iuran anggota SPK yang ada di masing-masing kelompok. Dilanjutkan, penentuan orang-orang yang akan berangkat untuk pengambilan bibit karet, penentuan transportasi dan akomodasi bagi mereka yang berangkat.

Peserta yang hadir di rapat ini berjumlah 10 orang dan direncanakan bahwa keberangkatan pada tanggal 28 Maret dan kembali ke Sepang Kota pada tanggal 30 Maret 2012 dengan dana yang di ambil dari kas SPK PH dan dari bantuan lembaga mitra.

Keterangan Foto: Idal Diman (berbaju coklat) memimpin rapat bersama anggota SPKPH lainnya.

Sumber: http://cubetangasi.com/2012/03/26/persiapan-spkph-ke-bridgestone/

Rabu, 30 November 2011

Bau Tidak Sedap Ini Mata Pencaharian Kami

Pertama kali menjejakkan kaki di pemukiman Sei Gohong (Sei = sungai), kami mencium bau tidak sedap. Kami pikir, Sei Gohong digunakan sebagai lokasi MCK warga. Kami terkejut dengan apa yang kami lihat saat sampai di pelabuhan Sei Gohong.

Tampak kesibukan di tepi Sei Gohong. Puluhan warga mengangkat benda berbentuk balok dari sungai dan meletakkannya ke dalam truk. Ada ratusan balok yang kami lihat. Belakangan kami ketahui benda berbentuk balok itu adalah karet alam. Balok itulah yang bertanggung jawab untuk bau tidak sedap yang tadi kami cium.

Warga Sei Gohong kebanyakan bekerja sebagai pengangkut karet. Mereka pergi ke Tumbang Malahoi, tempat karet disadap, dan merakit balok-balok karet itu menjadi semacam rakit. Rakit kemudian dihanyutkan sampai ke Sei Gohong, baru diangkut ke dalam truk. Perjalanan di sungai berlangsung selama 3 hari jika sedang musim hujan. Jika kemarau, mereka bisa seminggu berada di atas rakit. Kami melihat ada tenda yang dibuat di atas rakit.

Pria dan wanita sama-sama ikut mengangkut karet. Menarik melihat para wanita mengangkut karet dengan menggunakan masker putih yang sama seperti yang kami lihat di Teluk Tamiang. Ada juga wanita yang bekerja menimbang karet. Hal menarik lain adalah ketika mereka membasuh diri bersama di sungai setelah semua karet naik ke atas truk.

Saat kami menanyakan harga karet, tidak ada warga yang menjawab. Entah tidak mau menjawab, atau benar-benar tidak tahu. Tapi kami melihat ada beberapa mobil mewah terparkir di pinggir Sei Gohong. Mobil milik pemilik perkebunan karet, kata mereka. Kami hanya berdoa, semoga warga Sei Gohong juga mendapat imbalan yang layak atas kerja keras serta hasil kekayaan alam tempat tinggal mereka.

Keterangan foto: Petani sedang menimbang karet (slab tebal)

Sumber: http://aci.detik.travel

Minggu, 13 November 2011

Karet Masih Primadona

Muara Teweh. Sampai dengan bulan Nopember ini, tenyata sangat menguntungkan bagi pemilik kebun karet yang menjadi salah satu sandaran hidup para petani karet di kabupaten Barito Utara (BATARA). Pasalnya, saat ini harga produksi hasil perkebunan tersebut terus membaik bahkan bisa dikatakan harga masih bertahan.

Harga jual karet di kabupaten Barito Utara kini dihargai kisaran harga Rp12.000- Rp15.000 per kilo padahal sebelumnya sempat di bawah harga sebelumnya, menyusul semakin tambah membaiknya harga di pasaran, para petanipun berlomba-lomba menjualnya.

Usuf (45) warga Muara Teweh mengatakan, harga jual karet per kilogramnya sejak beberapa bulan terakhir ini masih bertahan dalam seminggu, para petani sudah pasti dapat menjual hasil sadapan kepada para pengumpul atau pembeli yang datang.

“Diharapkan, harga jual karet ini tidak hanya bersifat sementara namun kalau bisa trus membaik. Karena, dengan anjloknya harga jual karet dipastikan para petani karet akan menjerit,” harapnya , Sabtu (12/11) kemarin.

Senada itu, Udin (35) petani di desa Malawaken, mengaku sangat gembira dengan semakin membaiknya harga karet belakangan ini. Bahkan kata dia harga bervariasi sesuai kualitas karet.

Menurutnya, para pemilik kebun karet yang sudah produksi, sedang mendapat rejeki yang lebih, sebab harga karet semakin membaik dalam beberapa bulan terakhir. Perubahan harga ini tentunya membawa dampak bagi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,” kata Udin.

Keterangan gambar: wilayah kabupaten Barito Utara, Kalteng

Sumber: Kalteng Pos; Minggu, 13 Nopember 2011; Halaman 20.

Sumber foto: http://upload.wikimedia.org

Minggu, 18 September 2011

Pelatihan Pembibitan SPKPH

Bertempat di Balai Desa Sepang Kota, kecamatan Sepang, kabupaten Gunung Mas penggiat Serikat Petani Karet Penyang Hapakat (SPK-PH) berkumpul untuk mengikuti pelatihan pembibitan dan pemeliharaan kebun karet.

Pelatihan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 12-14 Mei 2011. Dari 3 hari pelatihan dibagi menjadi 1,5 hari teori, 1 hari praktek dan ½ hari evaluasi praktek lapangan serta membahas rencana tindak lanjut pasca pelatihan.

Pelatihan dapat terselenggara atas kerjasama SPKPH dengan Lembaga Dayak Panarung (LDP), CU Betang Asi, AMAN Kalteng, Dinas Perkebunan propinsi Kalteng dan Dinas Pertanian/ Perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Namun, tidak kurang dari 25 peserta yang mengikuti pelatihan beruntung, karena sebagai narasumber langsung dari PT. Bridgestone Kalimantan Plantation (PT. BSKP) Kalimantan Selatan. Alasan dari panitia mengundang Bridgestone adalah karena ingin belajar langsung dari praktisi lapangan yang mengenal dan ahli di bidang perkaretan.

Rombongan BSKP tiba pada pukul Rabu (11/5) malam di Sepang Kota, setelah menempuh perjalanan pagi hari berangkat dari Banjarbaru Kalsel. Sebagai ketua rombongan di pimpin oleh Suryani, SP dan didampingi Adi Priyo Santo, Samsudin Toha dan Syamsudin Noor.

Suryani lebih akrab dipanggil Pak Yani panggilan akrabnya adalah kepala Field Administration di BSKP. Sedangkan Santo kepala divisi penyadapan. Di bidang okulasi, maka Toha di ajak oleh Suryani mempraktekkan cara okulasi yang tepat. Rombongan tiba dengan menggunakan mobil strada yang dikemudikan oleh Syamsudin Noor yang biasa dipanggil Udin.

Acara berlangsung secara dinamis. Ini terlihat dari pertanyaan yang bertubi-tubi disampaikan para peserta kepada nara sumber, baik dari Bridgestone, dinas Perkebunan propinsi Kalteng maupun dinas pertanian dan perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Kepala Dinas perkebunan Kalteng membuka kegiatan ini secara resmi. Arnilus, mewakili kepala dinas mengharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet. Di tempat yang sama, Simson, SP, mewakili kepala dinas pertanian dan perkebunan Gunung Mas turut menyampaikan materi mengenai kebijakan dan program yang akan dilakukan di tahun 2011/ 2012 di wilayah kabupaten Gunung Mas untuk membantu petani karet.

Dalam rencana tindak lanjut tahun 2011/ 2012, petani yang tergabung di SPKPH akan melakukan pembibitan secara okulasi di masing-masing kelompok tani, namun terlebih dahulu akan membeli bibit dari PT. BSKP agar mendapatkan mutu bibit karet yang bagus dan terjamin.

Keterangan foto: penulis (berbaju coklat) foto bersama peserta pelatihan

Sumber berita dan foto: http://cubetangasi.com

Senin, 23 Mei 2011

Petani Karet Didorong Lakukan Tumpang Sari

Guna menambah penghasilan, petani diwilayah Kalteng didorong melakukan tumpang sari untuk menanam tananam produktif di sela-sela peremajaan tanaman karet tua dan menjelang tanaman tua.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalteng Erman P Ranan melalui Kepala Bidang Perlindungan Perkebunan Listy Krispurwanti, baru-baru ini mengatakan, menjelang tanaman karet menghasilkan, masyarakat diinbau melakukan inovasi dengan menanam tanaman jarak yang produktif. Ini dilakukan supaya dapat memperoleh keuntunan tambahan dan terpeliharanya kebun karet tersebut.

“Disamping tetap menanam dan merawat tanaman karet, petani dapat melakukan tumpang sari yang hasilnya dapat dinikmati dalam waktu tidak terlalu lama, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya.

Menurut Listy, melalui kegiatan tumpang sari ini diharapkan dapat membantu warga sendiri maupun membantu petani dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama menyakut pangan menjelang tanaman karetnya menghasilkan dan bisa dipanen.

Mengingat karet merupakan jenis tanaman tua dan baru bisa menghasilkan setelah usia diatas lima tahun, diperlukan tanaman muda. “Jika bisa menanam komoditi yang bisa dipanen dalam waktu jangka pendek antara tiga bulan hingga enam bulan, ini bisa dijadikan penyangga hidup menyelang tanaman utama atau karet menghasilkan.” Kata listy.

Sumber : Tabengan, Rabu, 18 Mei 2011.Hal : 15

Sumber gambar: http://sman2prabumulih.files.wordpress.com

Kamis, 19 Mei 2011

Waspada 4 Penyakit Penting Tanaman Karet

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalimantan Tengah Erman P Ranan melalui Kepala Bidang Perindustrian Perkebunan Listy Krispurwati

mengharapkan petani karet mewaspadai penyakit yang memungkinkan terjadi pada tanaman komoditi ungulan Kalteng ini.

Menurut Listy, terdapat 4 (empat) jenis penyakit penting pada tanaman karet meliputi, penyakit akar, penyakit bidang sadap, penyakit cabang/batang dan penyakit daun.

Jenis-jenis penyakit penting dalam tanaman karet ini telah disampaikan dan disosialisasikan kepada peserta yang mengikuti Pelatihan pengendalian Organisasi Penggangu Tumbuhan (OPT) Pada Tanaman Karet dan mitigasi Dampak Kekeringan Pada Areal Perkebunan yang berlangsung di Palangka Raya, baru – baru ini.

Dijelaskan, penyakit akar berupa serangan pathogen menyebabkan tanaman karet menjadi busuk dan umumnya pada permukaan akar ditumbuhi rizomorpha jamur. Gejala yang tampak, pada daun berubah menjadi layu, berwarna kusam, dan akhirnya mongering.

Kemudian, penyakit bidang sadap jamur akar merah memiliki kesamaan dengan penyakit akar. Namun yang membedakan, jamur ini diketahui menyerang pohon-pohon yang telah disadap yang memiliki umur cukup tua, karena jamur ini jarang terjadi pada tanaman karet masih muda.

Sedangkan penyakit bidang sadap, gejala penyakit kulit bidang sadap yang mudah terinfeksi p palmivora, akibat luka bakas sadapan , tepatnya diatas alur sadap. Pada tingkat awal, penyakit ini ditandai dengan adanya garis-garis vertikal berwarna hitam dan mudah diketahui bagi tenaga yang telah terlatih.

Penyakit selanjutnya, batang atau cabang. Penyakit ini bisa ditemukan pada percabangan atau bagian bawah percabangan ranting. Serangan ini ditandai dengan benang-benang mirip dengan benang laba-laba pada bagian cabang yang diserang.

Sumber : Tabengan, Jumat, 13 Mei 2011. Halaman 15.

Sumber gambar: http://1.bp.blogspot.com