“Yang sebelumnya hanya Rp7.000 per kg sejak minggu ini sudah Rp15 ribu per kg. Begitu pula yang tadinya Rp3.000 per kg membaik hingga Rp10 ribu per kg,” kata Rahmadi, Kabid Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barut, kepada Borneonews, kemarin.
Menurutnya, sentra produksi karet di Barut hampir tersebar di enam kecamatan. Namun, yang memiliki hasil produksi terbanyak ada di Kecamatan Lahei, Gunung Timang, Montallat dan Teweh Tengah. Dengan desa terfavorit Kandui dan Lemo.
Sementara itu, harga karet di Kabupaten Barito Selatan (Barsel) masih merosot. Harga getah karet yang sebelumnya berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kg, kini turun drastis hingga Rp5.000-Rp6.000 per kg.
“Saya terkejut dan hampir tak percaya, karena beberapa minggu lalu saya menjual di tingkat pengumpul dihargai Rp5.000 per kg,” keluh Canto, petani karet di Desa Bundar Km 6, kemarin.
Canto mengaku, hanya mendapatkan uang Rp350 ribu untuk hasil menyadap pohon karet selama sepekan. Padahal sebelumnya, ia bisa membawa pulang uang Rp1,26 juta untuk getah seberat 70 kg.
Keterkejutan serupa juga disampaikan Happi Agustinus, buruh sadap getah di Desa Tabakanilan, Kecamatan Gunung Bintang Awai (GBA). Turunnya harga karet yang sangat dratis menyebabkan penghasilannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebagai Petani karet getah, Happi mendapat imbalan satu pertiga. Dua pertiga menjadi bagian pemilik kebun. (ED/BI/B-4)
Sumber: http://www.borneonews.co.id
Sumber foto: http://1.bp.blogspot.com