Selasa, 19 Oktober 2010

MEMBAIK, HARGA KARET Rp 11.500/ KG

Harga jual komoditi karet semakin hari terus membaik. Sebelumnya berkisar Rp 10 ribu/ kg, kini mencapai Rp 11. 500/ kg.

Para penyadap karet di wilayah Kabupaten Gunung Mas (Gumas) saat ini telah lama mengumbar senyum. Sebab, dalam pekan terakhir ini, harga jual komoditas karet terus membaik. Jika sebelumnya masih berkisar Rp 10-11 ribu/ kg, kini sudah mencapai Rp 11.500/ kg atau Rp 1.150.000/ kuintal.


Ibong, Warga Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, menjelaskan, kenaikan harga karet tersebut sudah berlangsung dalam beberapa minggu terakhir ini. Kondisi ini dipicu naiknya harga karet di tingkat pabrik, sehingga secara otomatis para pengumpul di daerah tersebut membeli dari masyarakat dengan harga tinggi.


“Kurang lebih 10 hari ini harga jual karet di pasaran kembali membaik. Keadaan ini akan memacu semangat para petani karet mengelola kebun yang mereka miliki,” kata Ibong ketika dihubungi Tabengan melalui telepon, Minggu (17/ 10).


Menurut Ibong, kenaikan harga jual karet tersebut sedikit banyak berpengaruh bagi para petani karena di beberapa desa di kecamatan Rungan. Sebab saat ini, harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tergolong cukup tinggi. “Harga karet saat ini akan mampu mengimbangi mahalnya harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat tersebut,” kata Ibong.


Diharapkan, seiring membaiknya harga jual karet, juga akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang menggantungkan hidup dari usaha perkebunan karet. Ini di karenakan sebagian besar usaha warga kecamatan Rungan dan Manuhing bertani karet atau menyadap getah karet.


Sementara itu, Bantengson salah seorang pengumpul di Tumbang Jutuh mengatakan, pada prinsipnya para pengumpul karet di wilayah Kecamatan Rungan hanya mengikuti perkembangan harga di pasaran. Karena apabila ditingkat pabrik harga karet membaik, usaha mereka juga akan berjalan lancar.


Sebab, apabila harga menurun sementara mereka membeli mahal, terpaksa ditahan sambil menunggu pasaran membaik. Akibatnya, modal meraka juga tidak tidak dapat berputar.


Bantengson berharap harga karet di pasaran tetap stabil. Karena kalau harga tidak menentu, mereka akan merugi. Seperti saat ini harga jual karet sangat tinggi dan mereka juga membeli dengan harga tinggi. “Apabila turun drastis, kita akanrugi besar dan terpaksa tidak menjual karet yang kita miliki.


Sumber : Koran Tabengan. Senin, 18 Oktober 2010. Halaman 24.

Sumber foto: travelpod.com

Selasa, 05 Oktober 2010

PETANI IKUT PELATIHAN BOKAR


PENERAPAN PASCAPANEN KARET YANG BAIK DAN BENAR

SUKAMARA- Tabengan : Petani, pedagang perantara, pabrikan, pembina, pemasaran telah mengikuti pelatihan Bahan Olah Karet (BOKAR) yang digelar Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sukamara.

Dalam sambutannya kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang dibacakan Kabid Pengolahan dan pemasaran hasil Perkebunan Roni, mengatakan, perkebunan merupakan salah satu sektor andalan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

Disebutkannya, perkebunan juga mempunyai berkontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan devisa, penyediaan lapangan kerja, penyediaan bahan pangan, dan sumber bahan baku industri. Sehingga sektor perkebunan merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

“Di samping memiliki fungsi ekonomi, perkebunan juga mempunyai fungsi ekologis, karena tanaman perkebunan dapat berfungsi sebagai konservasi tanah dan air, menyerap karbon, penyediaan oksigen serta membantu perbaikan lahan kritis dan pelestarian lingkungan hidup, ucap Roni.

Dijelaskannya pula, pascapanen hasil perkebunan dan semua kegiatan yang dilakukan sejak proses panen sampai diperoleh hasil produk olahan seperti produk olahan seperti produk setengah jadi yang siap disimpan atau dipasarkan.

Karena itu, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal dengan menekan kehilangan dan kerusakan hasil, serta menjamin terpenuhinya standar mutu.

Kemudian lanjutnya, untuk mencapai tujuan dimaksud, panen harus dilakukan tepat waktu, tepat keadaan, tepat cara dan tepat sasaran, serta dalam pelaksanaannya harus dicegah timbulnya kerugian bagi masyarakat, serta untuk menghindari kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Selain itu, belum berkembangnya penanganan pascapanen hasil perkebunan karet disebabkan kemampuan dan pengetahuan sumberdaya manusia (SDM) petani perkebunan dalam kegiatan pascapanen yang belum berkembang, dan waktu panen yang kurang tepat, serta terbatasnya alat pascapenen.

Karena itu, menurut Roni, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukamara melalui Dinas kabupaten Sukamara perlu mengembangkan program penanganan pascapanen hasil perkebunan karet, peningkatan mutu, penumbuhan agroindustri perdesaan serta pemasaran hasil perkebunan.

“Salah satu kegiatan yang mendukung program introduksi teknologi tepat guna untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk perkebunan pedesaan tersebut dilakukanlah pelatihan bahan olah karet (Bokar),” ungkap Roni.

Dikatakannya juga, selama dua hari 30 September sampai 1 Oktober 2010, peserta pelatihan menerima materi dan melakukan pelatihan yang berkaitan menerima materi dan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan pascapanen hasil perkebunan karet, untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam penerapan pascapanen karet yang baik dan benar atau Good Handing Practices (GHP).

“Kami harapkan peserta dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kegiatan tersebut, sehingga setelah kembali ke kelompok masing-masing dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan baik secara tertib, efektif, efisien dan aman, “ kata Roni.

Sumber : Harian Tabengan. Selasa, 5 Oktober 2010. Halaman 23.
Sumber foto: blogspot.com