Rabu, 30 November 2011

Bau Tidak Sedap Ini Mata Pencaharian Kami

Pertama kali menjejakkan kaki di pemukiman Sei Gohong (Sei = sungai), kami mencium bau tidak sedap. Kami pikir, Sei Gohong digunakan sebagai lokasi MCK warga. Kami terkejut dengan apa yang kami lihat saat sampai di pelabuhan Sei Gohong.

Tampak kesibukan di tepi Sei Gohong. Puluhan warga mengangkat benda berbentuk balok dari sungai dan meletakkannya ke dalam truk. Ada ratusan balok yang kami lihat. Belakangan kami ketahui benda berbentuk balok itu adalah karet alam. Balok itulah yang bertanggung jawab untuk bau tidak sedap yang tadi kami cium.

Warga Sei Gohong kebanyakan bekerja sebagai pengangkut karet. Mereka pergi ke Tumbang Malahoi, tempat karet disadap, dan merakit balok-balok karet itu menjadi semacam rakit. Rakit kemudian dihanyutkan sampai ke Sei Gohong, baru diangkut ke dalam truk. Perjalanan di sungai berlangsung selama 3 hari jika sedang musim hujan. Jika kemarau, mereka bisa seminggu berada di atas rakit. Kami melihat ada tenda yang dibuat di atas rakit.

Pria dan wanita sama-sama ikut mengangkut karet. Menarik melihat para wanita mengangkut karet dengan menggunakan masker putih yang sama seperti yang kami lihat di Teluk Tamiang. Ada juga wanita yang bekerja menimbang karet. Hal menarik lain adalah ketika mereka membasuh diri bersama di sungai setelah semua karet naik ke atas truk.

Saat kami menanyakan harga karet, tidak ada warga yang menjawab. Entah tidak mau menjawab, atau benar-benar tidak tahu. Tapi kami melihat ada beberapa mobil mewah terparkir di pinggir Sei Gohong. Mobil milik pemilik perkebunan karet, kata mereka. Kami hanya berdoa, semoga warga Sei Gohong juga mendapat imbalan yang layak atas kerja keras serta hasil kekayaan alam tempat tinggal mereka.

Keterangan foto: Petani sedang menimbang karet (slab tebal)

Sumber: http://aci.detik.travel

Minggu, 13 November 2011

Karet Masih Primadona

Muara Teweh. Sampai dengan bulan Nopember ini, tenyata sangat menguntungkan bagi pemilik kebun karet yang menjadi salah satu sandaran hidup para petani karet di kabupaten Barito Utara (BATARA). Pasalnya, saat ini harga produksi hasil perkebunan tersebut terus membaik bahkan bisa dikatakan harga masih bertahan.

Harga jual karet di kabupaten Barito Utara kini dihargai kisaran harga Rp12.000- Rp15.000 per kilo padahal sebelumnya sempat di bawah harga sebelumnya, menyusul semakin tambah membaiknya harga di pasaran, para petanipun berlomba-lomba menjualnya.

Usuf (45) warga Muara Teweh mengatakan, harga jual karet per kilogramnya sejak beberapa bulan terakhir ini masih bertahan dalam seminggu, para petani sudah pasti dapat menjual hasil sadapan kepada para pengumpul atau pembeli yang datang.

“Diharapkan, harga jual karet ini tidak hanya bersifat sementara namun kalau bisa trus membaik. Karena, dengan anjloknya harga jual karet dipastikan para petani karet akan menjerit,” harapnya , Sabtu (12/11) kemarin.

Senada itu, Udin (35) petani di desa Malawaken, mengaku sangat gembira dengan semakin membaiknya harga karet belakangan ini. Bahkan kata dia harga bervariasi sesuai kualitas karet.

Menurutnya, para pemilik kebun karet yang sudah produksi, sedang mendapat rejeki yang lebih, sebab harga karet semakin membaik dalam beberapa bulan terakhir. Perubahan harga ini tentunya membawa dampak bagi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,” kata Udin.

Keterangan gambar: wilayah kabupaten Barito Utara, Kalteng

Sumber: Kalteng Pos; Minggu, 13 Nopember 2011; Halaman 20.

Sumber foto: http://upload.wikimedia.org

Minggu, 18 September 2011

Pelatihan Pembibitan SPKPH

Bertempat di Balai Desa Sepang Kota, kecamatan Sepang, kabupaten Gunung Mas penggiat Serikat Petani Karet Penyang Hapakat (SPK-PH) berkumpul untuk mengikuti pelatihan pembibitan dan pemeliharaan kebun karet.

Pelatihan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 12-14 Mei 2011. Dari 3 hari pelatihan dibagi menjadi 1,5 hari teori, 1 hari praktek dan ½ hari evaluasi praktek lapangan serta membahas rencana tindak lanjut pasca pelatihan.

Pelatihan dapat terselenggara atas kerjasama SPKPH dengan Lembaga Dayak Panarung (LDP), CU Betang Asi, AMAN Kalteng, Dinas Perkebunan propinsi Kalteng dan Dinas Pertanian/ Perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Namun, tidak kurang dari 25 peserta yang mengikuti pelatihan beruntung, karena sebagai narasumber langsung dari PT. Bridgestone Kalimantan Plantation (PT. BSKP) Kalimantan Selatan. Alasan dari panitia mengundang Bridgestone adalah karena ingin belajar langsung dari praktisi lapangan yang mengenal dan ahli di bidang perkaretan.

Rombongan BSKP tiba pada pukul Rabu (11/5) malam di Sepang Kota, setelah menempuh perjalanan pagi hari berangkat dari Banjarbaru Kalsel. Sebagai ketua rombongan di pimpin oleh Suryani, SP dan didampingi Adi Priyo Santo, Samsudin Toha dan Syamsudin Noor.

Suryani lebih akrab dipanggil Pak Yani panggilan akrabnya adalah kepala Field Administration di BSKP. Sedangkan Santo kepala divisi penyadapan. Di bidang okulasi, maka Toha di ajak oleh Suryani mempraktekkan cara okulasi yang tepat. Rombongan tiba dengan menggunakan mobil strada yang dikemudikan oleh Syamsudin Noor yang biasa dipanggil Udin.

Acara berlangsung secara dinamis. Ini terlihat dari pertanyaan yang bertubi-tubi disampaikan para peserta kepada nara sumber, baik dari Bridgestone, dinas Perkebunan propinsi Kalteng maupun dinas pertanian dan perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Kepala Dinas perkebunan Kalteng membuka kegiatan ini secara resmi. Arnilus, mewakili kepala dinas mengharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet. Di tempat yang sama, Simson, SP, mewakili kepala dinas pertanian dan perkebunan Gunung Mas turut menyampaikan materi mengenai kebijakan dan program yang akan dilakukan di tahun 2011/ 2012 di wilayah kabupaten Gunung Mas untuk membantu petani karet.

Dalam rencana tindak lanjut tahun 2011/ 2012, petani yang tergabung di SPKPH akan melakukan pembibitan secara okulasi di masing-masing kelompok tani, namun terlebih dahulu akan membeli bibit dari PT. BSKP agar mendapatkan mutu bibit karet yang bagus dan terjamin.

Keterangan foto: penulis (berbaju coklat) foto bersama peserta pelatihan

Sumber berita dan foto: http://cubetangasi.com

Senin, 23 Mei 2011

Petani Karet Didorong Lakukan Tumpang Sari

Guna menambah penghasilan, petani diwilayah Kalteng didorong melakukan tumpang sari untuk menanam tananam produktif di sela-sela peremajaan tanaman karet tua dan menjelang tanaman tua.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalteng Erman P Ranan melalui Kepala Bidang Perlindungan Perkebunan Listy Krispurwanti, baru-baru ini mengatakan, menjelang tanaman karet menghasilkan, masyarakat diinbau melakukan inovasi dengan menanam tanaman jarak yang produktif. Ini dilakukan supaya dapat memperoleh keuntunan tambahan dan terpeliharanya kebun karet tersebut.

“Disamping tetap menanam dan merawat tanaman karet, petani dapat melakukan tumpang sari yang hasilnya dapat dinikmati dalam waktu tidak terlalu lama, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya.

Menurut Listy, melalui kegiatan tumpang sari ini diharapkan dapat membantu warga sendiri maupun membantu petani dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama menyakut pangan menjelang tanaman karetnya menghasilkan dan bisa dipanen.

Mengingat karet merupakan jenis tanaman tua dan baru bisa menghasilkan setelah usia diatas lima tahun, diperlukan tanaman muda. “Jika bisa menanam komoditi yang bisa dipanen dalam waktu jangka pendek antara tiga bulan hingga enam bulan, ini bisa dijadikan penyangga hidup menyelang tanaman utama atau karet menghasilkan.” Kata listy.

Sumber : Tabengan, Rabu, 18 Mei 2011.Hal : 15

Sumber gambar: http://sman2prabumulih.files.wordpress.com

Kamis, 19 Mei 2011

Waspada 4 Penyakit Penting Tanaman Karet

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalimantan Tengah Erman P Ranan melalui Kepala Bidang Perindustrian Perkebunan Listy Krispurwati

mengharapkan petani karet mewaspadai penyakit yang memungkinkan terjadi pada tanaman komoditi ungulan Kalteng ini.

Menurut Listy, terdapat 4 (empat) jenis penyakit penting pada tanaman karet meliputi, penyakit akar, penyakit bidang sadap, penyakit cabang/batang dan penyakit daun.

Jenis-jenis penyakit penting dalam tanaman karet ini telah disampaikan dan disosialisasikan kepada peserta yang mengikuti Pelatihan pengendalian Organisasi Penggangu Tumbuhan (OPT) Pada Tanaman Karet dan mitigasi Dampak Kekeringan Pada Areal Perkebunan yang berlangsung di Palangka Raya, baru – baru ini.

Dijelaskan, penyakit akar berupa serangan pathogen menyebabkan tanaman karet menjadi busuk dan umumnya pada permukaan akar ditumbuhi rizomorpha jamur. Gejala yang tampak, pada daun berubah menjadi layu, berwarna kusam, dan akhirnya mongering.

Kemudian, penyakit bidang sadap jamur akar merah memiliki kesamaan dengan penyakit akar. Namun yang membedakan, jamur ini diketahui menyerang pohon-pohon yang telah disadap yang memiliki umur cukup tua, karena jamur ini jarang terjadi pada tanaman karet masih muda.

Sedangkan penyakit bidang sadap, gejala penyakit kulit bidang sadap yang mudah terinfeksi p palmivora, akibat luka bakas sadapan , tepatnya diatas alur sadap. Pada tingkat awal, penyakit ini ditandai dengan adanya garis-garis vertikal berwarna hitam dan mudah diketahui bagi tenaga yang telah terlatih.

Penyakit selanjutnya, batang atau cabang. Penyakit ini bisa ditemukan pada percabangan atau bagian bawah percabangan ranting. Serangan ini ditandai dengan benang-benang mirip dengan benang laba-laba pada bagian cabang yang diserang.

Sumber : Tabengan, Jumat, 13 Mei 2011. Halaman 15.

Sumber gambar: http://1.bp.blogspot.com

Rabu, 18 Mei 2011

Pelatihan Pembibitan SPKPH

Bertempat di Balai Desa Sepang Kota, kecamatan Sepang, kabupaten Gunung Mas penggiat Serikat Petani Karet Penyang Hapakat (SPK-PH) berkumpul untuk mengikuti pelatihan pembibitan dan pemeliharaan kebun karet.

Pelatihan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 12-14 Mei 2011. Dari 3 hari pelatihan dibagi menjadi 1,5 hari teori, 1 hari praktek dan ½ hari evaluasi praktek lapangan serta membahas rencana tindak lanjut pasca pelatihan.

Pelatihan dapat terselenggara atas kerjasama SPKPH dengan Lembaga Dayak Panarung (LDP), CU Betang Asi, AMAN Kalteng, Dinas Perkebunan propinsi Kalteng dan Dinas Pertanian/ Perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Namun, tidak kurang dari 25 peserta yang mengikuti pelatihan beruntung, karena sebagai narasumber langsung dari PT. Bridgestone Kalimantan Plantation (PT. BSKP) Kalimantan Selatan. Alasan dari panitia mengundang Bridgestone adalah karena ingin belajar langsung dari praktisi lapangan yang mengenal dan ahli di bidang perkaretan.

Rombongan BSKP tiba pada pukul Rabu (11/5) malam di Sepang Kota, setelah menempuh perjalanan pagi hari berangkat dari Banjarbaru Kalsel. Sebagai ketua rombongan di pimpin oleh Suryani, SP dan didampingi Adi Priyo Santo, Samsudin Toha dan Syamsudin Noor.

Suryani lebih akrab dipanggil Pak Yani panggilan akrabnya adalah kepala Field Administration di BSKP. Sedangkan Santo kepala divisi penyadapan. Di bidang okulasi, maka Toha di ajak oleh Suryani mempraktekkan cara okulasi yang tepat. Rombongan tiba dengan menggunakan mobil strada yang dikemudikan oleh Syamsudin Noor yang biasa dipanggil Udin.

Acara berlangsung secara dinamis. Ini terlihat dari pertanyaan yang bertubi-tubi disampaikan para peserta kepada nara sumber, baik dari Bridgestone, dinas Perkebunan propinsi Kalteng maupun dinas pertanian dan perkebunan kabupaten Gunung Mas.

Kepala Dinas perkebunan Kalteng membuka kegiatan ini secara resmi. Arnilus, mewakili kepala dinas mengharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani karet. Di tempat yang sama, Simson, SP, mewakili kepala dinas pertanian dan perkebunan Gunung Mas turut menyampaikan materi mengenai kebijakan dan program yang akan dilakukan di tahun 2011/ 2012 di wilayah kabupaten Gunung Mas untuk membantu petani karet.

Dalam rencana tindak lanjut tahun 2011/ 2012, petani yang tergabung di SPKPH akan melakukan pembibitan secara okulasi di masing-masing kelompok tani, namun terlebih dahulu akan membeli bibit dari PT. BSKP agar mendapatkan mutu bibit karet yang bagus dan terjamin.

Selasa, 22 Maret 2011

HARGA KARET DI BARUT MULAI MEMBAIK

BARITO UTARA--BN: Harga karet di Kabupaten Ba­ri­to Utara (Barut), Kalimantan Te­ngah (Kalteng) dalam sepekan ter­akhir mulai membaik. Saat ini, harga karet bervariasi mulai da­ri Rp10 ribu per kilogram (kg) hingga Rp15 ribu per kg, ter­gantung kualitas.

“Yang sebelumnya hanya Rp7.000 per kg sejak minggu ini su­dah Rp15 ribu per kg. Begitu pu­la yang tadinya Rp3.000 per kg membaik hingga Rp10 ribu per kg,” kata Rahmadi, Kabid Per­kebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barut, kepada Borneonews, kemarin.

Menurutnya, sentra produksi ka­ret di Barut hampir tersebar di enam kecamatan. Namun, yang memiliki hasil produksi ter­banyak ada di Kecamatan La­hei, Gunung Timang, Montallat dan Teweh Tengah. Dengan de­sa terfavorit Kandui dan Le­mo.

Sementara itu, harga karet di Kabupaten Barito Selatan (Bar­sel) masih merosot. Harga ge­tah karet yang sebelumnya berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kg, kini turun drastis hingga Rp5.000-Rp6.000 per kg.

“Saya terkejut dan hampir tak percaya, karena beberapa minggu lalu saya menjual di tingkat pengumpul dihargai Rp5.000 per kg,” keluh Canto, petani karet di Desa Bundar Km 6, kemarin.
Canto mengaku, hanya men­­­dapatkan uang Rp350 ri­­­bu untuk hasil menyadap po­­­hon karet selama sepekan. Padahal sebelumnya, ia bi­­sa membawa pulang uang Rp1,26 juta untuk getah sebe­rat 70 kg.

Keterkejutan serupa juga di­sampaikan Happi Agustinus, buruh sadap getah di De­sa Tabakanilan, Ke­camatan Gunung Bintang Awai (GBA). Turunnya har­ga karet yang sangat dratis me­nyebabkan penghasilannya tidak mencu­kupi untuk memenuhi kebu­tuh­an keluarga.

Sebagai Petani karet getah, Happi mendapat imbal­an satu pertiga. Dua perti­ga menjadi bagian pemilik ke­bun. (ED/BI/B-4)

Sumber: http://www.borneonews.co.id

Sumber foto: http://1.bp.blogspot.com

Rabu, 09 Februari 2011

HARGA KARET TEMBUS Rp 15 RIBU/KG FAKTOR CUACA MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS

TAMIANG LAYANG- Harga Komoditi karet di Kabupaten Bartim mengalami kenaikan cukup tinggi. Sebelumnya di pasaran harga per kilogramnya hanya berkisar Rp 11 Ribu hinga 12 Ribu, kini meningkat menjadi 13 Ribu hingga 15 Ribu per Kg.

Hal ini tentu sangat mengembirakan para petani karet dan masyarakat Bartim yang memang di dominasi oleh mata pencaharian tersebut, baik dalam skala kecil maupun besar.

Salah seorang petani karet yang biasa di pangil Ijal mengatakan, harga karet yang semula turun, kini mengalami teurs kenaikan. Hal tersebut bukan karena menipisnya stok karet di pasaran, namun karena harga dipasaran sedang mangalami kenaikan berkala.

“Biasanya saya dengan dua alternative yaitu secara mingguan, dimana dijual kepada pembeli lokal, atau dengan mendatangi langsung ke agennya”, ungkapnya ketika ditemui Kalteng Pos di Tamiang Layang, Selasa (8/2) Siang.

Menurut dia, harga mingguan paling tinggi hanya tembus hingga 13 ribu saja per kg nya. Berbeda dengan penjualan secara bulanan. Karet biasanya sudah terkumpul dan dijual langsung kepada pembeli karet yang mengunakan truk.

Dalam hal ini harga tertinggi dapat dicapai dengan harga 15 ribu per kg nya. Dia menambahkan hal terpenting dalam mengumpulkan karet adalah factor cuaca. “Kalau cuacanya tidak hujan dalam satu minggu saya bisa mengumpulkan karet hingga 40 kg, namun apabila cuaca buruk dan selalu hujan, maka hanya mampu 20 kg saja”’ ucapnya.

Pria kelahiran Ampah ini menambahkan, cuaca hujan merupakan factor yang paling ditakuti para petani karet. Selain hasil yang berkurang karena intensitas pekerjaan pun berkurang. Pasalnya apabila cuaca cerah tentunya dapat bekerja hinga hasil yang maksimal, namun apabila cuaca sedang tidak bersahabat, dalam satu minggu bisa saja tidak bekerja ke ladang karet.

Dia juga mengharapkan, agar komoditi karet dapat bertahan seperti sekarang ini, bahkan diharapkan lebih mengalami lonjakan lagi, dan tentunya dengan cuaca yang baik tanpa adanya curah hujanyang tinggi.

Sumber : Kalteng Pos. Rabu, 9 Februari 2011. Halaman 26

Sumber foto: blogs.ft.com

Selasa, 08 Februari 2011

HARGA KARET DI BANTAI NAPU Rp 20 RIBU

TAMIANG LAYANG, Tabengan. Meski menghadapi kerusakan jalan, warga Bantai Napu, Kecamatan Paku, kabupaten Barito Timur (Bartim) masih bisa bernafas lega, karena harga karet di daerah itu tembus Rp 20 ribu /kg.

Yadi (40), warga Bantai Napu, mengaku, harga karet dibeli dengan harga yang cukup fantastis sebesar Rp 20 ribu/kg.

Menurutnya dengan harga seperti itu, secara otomatis kebutuhan ekonomi warga desa bantai Napu mulai membaik.

Yandi menyatakan karet seharga Rp 20 ribu itu, di beli koperasi swadaya milik perkumpulan petani karet di wilayah itu. Modal koperasi dari para pengusaha dan petani karet dengan sistem iuran anggota. Hasil pemberian anggota. Hasil pemberian karet langsung dibawa ke Banjarmasin.

“Dengan adanya pembelian karet seperti koperasi swalayan membuat kami sebagai masyarakat terbantu dalam memenuhi kebuuhan hidup” ujar Yandi, yang juga seseorang guru di SMA 2 Tampa.

Sumber: Harian Tabengan. Senin, 31 Januari 2011. Halaman 17.

Sumber foto: 3.bp.blogspot.com

Senin, 17 Januari 2011

PEREKONOMIAN MASYARAKAT MULAI MENGGELIAT


Seiring dengan membaiknya harga komoditas karet di pasaran, ternyata membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat pedesaan. Selain itu, dukungan peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan juga membawa pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Karena, dengan tersedianya infrastruktur jalan dan jembatan, akses perekonomian masyarakat keluar semakin lancar.

Hal ini diakui Manis, salah seorang pengumpul karet di Kecamatan Manuhing Raya saat ditemui di Kuala Kurun, baru-baru ini. Menurut Manis, meningkatnya harga komoditas karet di desa-desa saat ini membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat. Karena, selama ini usaha karet merupakan andalan masyarakat.

“Jika kita perhatikan, saat ini masyarakat di desa-desa yang sejak lama menekuni usaha karet sudah mulai mengalami peningkatan secara ekonomi. Sebelumnya, masyarakat belum mampu membeli kendaraan, saat ini sudah kita lihat banyak warga yang memiliki kendaraan roda dua bahkan roda empat. Hal ini menandakan perekonomian masyarakat semakin meningkat, “Kata Manis.

Selain itu, ibu yang berprofesi sebagai pengumpul karet ini menambahkan, masyarakat sudah mulai menyadari bahwa usaha karet merupakan mata pencarian utama bagi warga. Karena, pasca anjloknya harga karet membuat membuat masyarakat patah semangat. Namun, seiring semakin membaiknya harga jual karet saat ini kembali memacu semangat masyarakat untuk mengelola perkebunan karet miliknya.

Di tingkat pengumpul, harga karet saat ini mampu memcapai Rp 1,5 juta/ kwintal. Hal ini tentu menbawa pengaruh besar bagi perekonomian masyarakat setempat, karena hampir Sembilan puluh persen masyarakat Rungan dan Manuhing adalah petani dan pemilik kebun karet.

“Harga jual karet dipasaran saat ini mampu menembus Rp 1,7 juta/kwintal. Ini terjadi karena semakin banyaknya persaingan dari para pengumpul karet dari luar daerah yang menggunakan truk hingga ke desa–desa. Tidak heran jika saat ini kita dapat melihat banyak warga desa yang kembali beralih profesi menjadi petani karet”, ungkapnya.

Sumber: Tabengan. Senin, 17 Januari 2011. Halaman 14

Sumber foto: globalenvision.org

Senin, 03 Januari 2011

STUDI BANDING SERIKAT PETANI KARET

Sejumlah Serikat Petani Karet (SPK) di wilayah Kalimantan Tengah melibatkan diri dalam kegiatan “Studi banding SPK Kalteng ke Perusahaan Terbatas Bridgestone Kalimantan Plantantion (PT. BSKP) Kalimantan Selatan”.

PT. BSKP sengaja dipilih untuk melihat secara langsung proses pengolahan karet secara modern. Perusahaan yang mempunyai kebun karet seluas 6.000 ha ini terletak di desa Bentok Darat, kecamatan Bati-bati, kabupaten Pelaihari.

Bridgestone berkantor pusat di Tokyo, produsen ban terbesar di dunia juga perusahaan karet. Selain ban untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, juga memproduksi berbagai diversifikasi produk, yang meliputi industri karet dan produk kimia dan barang olahraga. Produk-produknya dijual di lebih dari 150 negara.

Kegiatan studi banding didampingi langsung oleh Lembaga Dayak Panarung (LDP) Palangka Raya. Hal ini dibuktikan dari 3 aktivis yang ditugaskan langsung oleh Direktur LDP, Ambu Naptamis, SH, MH.

“Tujuan dari studi banding ini adalah untuk menguatkan masyarakat adat dan organisasi rakyat, dalam hal ini petani karet” jelas Ambu ketika melaksanakan technical meeting di kantor LDP bersama peserta 18 peserta tanggal (20/11) malam. Dengan diadakan pelatihan tersebut Ambu mengharapkan agar peserta studi banding sepulangnya dari kegiatan ini dapat membagi apa saja yang dipelajari di lapangan kepada petani karet yang lain.Studi banding tersebut sebagai bagian dari program Lembaga Dayak Panarung (LDP)

Peserta yang ikut adalah dari SPK Nueng Tarung, desa Nihan, kabupaten Barito Utara adalah Aleh Lane. Dari SPK Penyang Hapakat, desa Sepang Kota, Sepang Simin, Tumbang Empas, kabupaten Gunung Mas adalah, Idal Diman, Adiman Rantin, Simpei M. Turang, Yurie, Kardinal dan Surya.

Dari SPK Kahayan Basewut, desa Bukit Liti, Lawang Uru, Balukon, Bahu Palawa, kabupaten Pulang Pisau adalah, Midun Sahida, Idoe Dasit, Yoprin dan Uan. Dari SPK Manggatang Tarung, desa Tumbang Malahoi, Tumbang Sangal dan Tumbang Baringei adalah, Tampung, Bakti Raya, Cilik U.Anggen dan Matius Ebal. Dari desa Tewah, kecamatan Gunung Mas di wakilkan oleh Petronikus A.T dan Lan.

Studi banding yang dimulai dari mengenal cara penanaman karet secara teori hingga praktek itu dibagi dalam 2 sesi, yaitu sesi pemaparan materi dan kunjungan ke lapangan. Dalam sesi pemaparan untuk pembibitan dan pemeliharaan di paparkan oleh Jonson Mutahir. Dilanjutkan pemaparan untuk proses penyadapan batang karet secara optimal dan yang terakhir Eko Prayetno memaparkan pengolahan hasil/ pemanenan.

Dalam setiap sesi yang di paparkan, peserta studi banding bertanya secara aktif. Surya dari Tumbang Empas menanyakan, “Apa yang harus dilakukan petani jika terkena penyakit jamur akar putih?”, pihak PT.BSKP mengatakan hal itu terjadi karena kebersihan lahan untuk menanam karet tidak dijaga, sehingga sebelum penanaman harus dilakukan pembersihan, namun jika parah maka harus segera di bongkar, kalau ringan masih bisa di obati menggunakan Anvil, agar tidak menular ke tanaman lain harus di buat parit isolasi, jelas Pak Yani.

Pada saat kunjungan lapangan, peserta diajak untuk melihat pengolahan karet dalam bentuk Ribbed Smoked Sheet (RSS), dilanjutkan melihat kebun pembibitan dan penyadapan yang efektif.

Tulisan ini juga dimuat di majalah Kalimantan Review (KR) Halaman 21. Edisi 185/xx/ Januari 2011.

Sumber foto: Rokhmond Onasis.