Rabu, 30 November 2011

Bau Tidak Sedap Ini Mata Pencaharian Kami

Pertama kali menjejakkan kaki di pemukiman Sei Gohong (Sei = sungai), kami mencium bau tidak sedap. Kami pikir, Sei Gohong digunakan sebagai lokasi MCK warga. Kami terkejut dengan apa yang kami lihat saat sampai di pelabuhan Sei Gohong.

Tampak kesibukan di tepi Sei Gohong. Puluhan warga mengangkat benda berbentuk balok dari sungai dan meletakkannya ke dalam truk. Ada ratusan balok yang kami lihat. Belakangan kami ketahui benda berbentuk balok itu adalah karet alam. Balok itulah yang bertanggung jawab untuk bau tidak sedap yang tadi kami cium.

Warga Sei Gohong kebanyakan bekerja sebagai pengangkut karet. Mereka pergi ke Tumbang Malahoi, tempat karet disadap, dan merakit balok-balok karet itu menjadi semacam rakit. Rakit kemudian dihanyutkan sampai ke Sei Gohong, baru diangkut ke dalam truk. Perjalanan di sungai berlangsung selama 3 hari jika sedang musim hujan. Jika kemarau, mereka bisa seminggu berada di atas rakit. Kami melihat ada tenda yang dibuat di atas rakit.

Pria dan wanita sama-sama ikut mengangkut karet. Menarik melihat para wanita mengangkut karet dengan menggunakan masker putih yang sama seperti yang kami lihat di Teluk Tamiang. Ada juga wanita yang bekerja menimbang karet. Hal menarik lain adalah ketika mereka membasuh diri bersama di sungai setelah semua karet naik ke atas truk.

Saat kami menanyakan harga karet, tidak ada warga yang menjawab. Entah tidak mau menjawab, atau benar-benar tidak tahu. Tapi kami melihat ada beberapa mobil mewah terparkir di pinggir Sei Gohong. Mobil milik pemilik perkebunan karet, kata mereka. Kami hanya berdoa, semoga warga Sei Gohong juga mendapat imbalan yang layak atas kerja keras serta hasil kekayaan alam tempat tinggal mereka.

Keterangan foto: Petani sedang menimbang karet (slab tebal)

Sumber: http://aci.detik.travel

Minggu, 13 November 2011

Karet Masih Primadona

Muara Teweh. Sampai dengan bulan Nopember ini, tenyata sangat menguntungkan bagi pemilik kebun karet yang menjadi salah satu sandaran hidup para petani karet di kabupaten Barito Utara (BATARA). Pasalnya, saat ini harga produksi hasil perkebunan tersebut terus membaik bahkan bisa dikatakan harga masih bertahan.

Harga jual karet di kabupaten Barito Utara kini dihargai kisaran harga Rp12.000- Rp15.000 per kilo padahal sebelumnya sempat di bawah harga sebelumnya, menyusul semakin tambah membaiknya harga di pasaran, para petanipun berlomba-lomba menjualnya.

Usuf (45) warga Muara Teweh mengatakan, harga jual karet per kilogramnya sejak beberapa bulan terakhir ini masih bertahan dalam seminggu, para petani sudah pasti dapat menjual hasil sadapan kepada para pengumpul atau pembeli yang datang.

“Diharapkan, harga jual karet ini tidak hanya bersifat sementara namun kalau bisa trus membaik. Karena, dengan anjloknya harga jual karet dipastikan para petani karet akan menjerit,” harapnya , Sabtu (12/11) kemarin.

Senada itu, Udin (35) petani di desa Malawaken, mengaku sangat gembira dengan semakin membaiknya harga karet belakangan ini. Bahkan kata dia harga bervariasi sesuai kualitas karet.

Menurutnya, para pemilik kebun karet yang sudah produksi, sedang mendapat rejeki yang lebih, sebab harga karet semakin membaik dalam beberapa bulan terakhir. Perubahan harga ini tentunya membawa dampak bagi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,” kata Udin.

Keterangan gambar: wilayah kabupaten Barito Utara, Kalteng

Sumber: Kalteng Pos; Minggu, 13 Nopember 2011; Halaman 20.

Sumber foto: http://upload.wikimedia.org