Senin, 03 Januari 2011

STUDI BANDING SERIKAT PETANI KARET

Sejumlah Serikat Petani Karet (SPK) di wilayah Kalimantan Tengah melibatkan diri dalam kegiatan “Studi banding SPK Kalteng ke Perusahaan Terbatas Bridgestone Kalimantan Plantantion (PT. BSKP) Kalimantan Selatan”.

PT. BSKP sengaja dipilih untuk melihat secara langsung proses pengolahan karet secara modern. Perusahaan yang mempunyai kebun karet seluas 6.000 ha ini terletak di desa Bentok Darat, kecamatan Bati-bati, kabupaten Pelaihari.

Bridgestone berkantor pusat di Tokyo, produsen ban terbesar di dunia juga perusahaan karet. Selain ban untuk digunakan dalam berbagai aplikasi, juga memproduksi berbagai diversifikasi produk, yang meliputi industri karet dan produk kimia dan barang olahraga. Produk-produknya dijual di lebih dari 150 negara.

Kegiatan studi banding didampingi langsung oleh Lembaga Dayak Panarung (LDP) Palangka Raya. Hal ini dibuktikan dari 3 aktivis yang ditugaskan langsung oleh Direktur LDP, Ambu Naptamis, SH, MH.

“Tujuan dari studi banding ini adalah untuk menguatkan masyarakat adat dan organisasi rakyat, dalam hal ini petani karet” jelas Ambu ketika melaksanakan technical meeting di kantor LDP bersama peserta 18 peserta tanggal (20/11) malam. Dengan diadakan pelatihan tersebut Ambu mengharapkan agar peserta studi banding sepulangnya dari kegiatan ini dapat membagi apa saja yang dipelajari di lapangan kepada petani karet yang lain.Studi banding tersebut sebagai bagian dari program Lembaga Dayak Panarung (LDP)

Peserta yang ikut adalah dari SPK Nueng Tarung, desa Nihan, kabupaten Barito Utara adalah Aleh Lane. Dari SPK Penyang Hapakat, desa Sepang Kota, Sepang Simin, Tumbang Empas, kabupaten Gunung Mas adalah, Idal Diman, Adiman Rantin, Simpei M. Turang, Yurie, Kardinal dan Surya.

Dari SPK Kahayan Basewut, desa Bukit Liti, Lawang Uru, Balukon, Bahu Palawa, kabupaten Pulang Pisau adalah, Midun Sahida, Idoe Dasit, Yoprin dan Uan. Dari SPK Manggatang Tarung, desa Tumbang Malahoi, Tumbang Sangal dan Tumbang Baringei adalah, Tampung, Bakti Raya, Cilik U.Anggen dan Matius Ebal. Dari desa Tewah, kecamatan Gunung Mas di wakilkan oleh Petronikus A.T dan Lan.

Studi banding yang dimulai dari mengenal cara penanaman karet secara teori hingga praktek itu dibagi dalam 2 sesi, yaitu sesi pemaparan materi dan kunjungan ke lapangan. Dalam sesi pemaparan untuk pembibitan dan pemeliharaan di paparkan oleh Jonson Mutahir. Dilanjutkan pemaparan untuk proses penyadapan batang karet secara optimal dan yang terakhir Eko Prayetno memaparkan pengolahan hasil/ pemanenan.

Dalam setiap sesi yang di paparkan, peserta studi banding bertanya secara aktif. Surya dari Tumbang Empas menanyakan, “Apa yang harus dilakukan petani jika terkena penyakit jamur akar putih?”, pihak PT.BSKP mengatakan hal itu terjadi karena kebersihan lahan untuk menanam karet tidak dijaga, sehingga sebelum penanaman harus dilakukan pembersihan, namun jika parah maka harus segera di bongkar, kalau ringan masih bisa di obati menggunakan Anvil, agar tidak menular ke tanaman lain harus di buat parit isolasi, jelas Pak Yani.

Pada saat kunjungan lapangan, peserta diajak untuk melihat pengolahan karet dalam bentuk Ribbed Smoked Sheet (RSS), dilanjutkan melihat kebun pembibitan dan penyadapan yang efektif.

Tulisan ini juga dimuat di majalah Kalimantan Review (KR) Halaman 21. Edisi 185/xx/ Januari 2011.

Sumber foto: Rokhmond Onasis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar