Selasa, 14 Desember 2010

HARGA KOMODITAS KARET ALAMI KENAIKAN

Dalam satu pekan terakhir, harga komoditas karet di Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Kenaikan ini disambut warga dengan gembira, mengingat semenjak krisis keuangan global beberapa waktu lalu, harga komuditas karet juga mengalami dampak dengan anjloknya harga di pasaran.

Menurut Rahmadi D Ibak, salah seorang warga Tumbang Jutuh, kurang lebih satu minggu terakhir ini harga penjualan karet mengalami kenaikan yang cukup mengembirakan.

Dimana sebelum harga karet di daerah itu juga terkena imbas dari anjloknya harga jual karet beberapa waktu lalu, sehingga sempat merusak perekonomian yang berdampak pada kehidupan masyarakat.

“Kurang lebih satu minggu ini harga jual karet mengalami kenaikan dari sebelumnya sekitar Rp. 9000/ kwintal menjadi Rp. 1 juta/ kwintal sampai Rp. 1,1 juta/ kwintal atau naik menjadi Rp. 10.000, sampai Rp. 11.000/ kg. Kenaikan harga ini disambut gembira oleh masyarakat karena masyarakat didaerah ini hampir seratus persen mengandalkan usaha perkebunan karet,” katanya, baru-baru ini.

Dengan meningkatnya harga karet ini, masyarakat mulai bergairah untuk menekuni usaha tersebut, karena sebelumnya masyarakat pada umumnya pasca anjloknya harga karet banyak yang beralih ke usaha lain yang mampu menjalani kehidupan mereka seperti usaha tambang rakyat, meskipun itu dilarang pemerintah.

Namun, akibat minimnya usaha, mau tidak mau masyarakat peluang usaha yang baru untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari.

“Dengan naiknya harga jual karet membuat masyarakat kembali bargairah untuk mengelola kebun yang mereka miliki, karena saat ini hanya usaha tersebut yang menjadi andalan masyarakat khususnya di wilayah kecamatan Rungan ini,” ungkapnya.

Selain itu ia mengatakan, masyarakat didaerah tersebut sebelum terjadi krisis adalah termasuk daerah yang makmur, karena wilayah Rungan dan Manuhing merupakan daerah penghasil karet terbesar untuk kabupaten Gunung Mas.

Sehingga tidak heran masyarakat yang berada di dua wilayah tersebut mengandalkan perkebunan karet sebagai usaha utama di samping usaha yang lain.

Namun, akibat anjloknya harga karet beberapa waktu lalu, masyarakat menjadi kebingungan usaha baru, karena pasca krisis tersebut harga jual karet mencapai titik terendah.

“Dua wilayah ini memang terkenal sebagai penghasil karet terbesar untuk kabupaten Gunung Mas, sehingga masyarakat mengantungkan hidup dari hasil perkebunan itu. Dengan meningkatnya harga karet, maka secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ini, “imbuhnya.

Sumber Harian Tabengan: Senin, 13 Desember 2010.

Sumber foto: sundaytimes.lk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar